Sedang apa cinta? Masihkah kau
merindu atau telah lupa akan aku? Masihkah kau menunggu dan menantiku kembali
pulang atau telah ada wanita lain yang membuatmu berdebar saat dengannya?
“Kau tak boleh pergi,” pintamu di senja itu.
“Ini cita-citaku, mengertilah.”
“Kau yang harus mengerti aku.
Semua telah memintaku untuk mengakhiri masa lajangku, dan aku tak mau yang lain
kecuali denganmu?”
“Tapi aku harus pergi, Nal. Tunggu
aku, aku akan pulang dan kembali menjadi calon istri yang membanggakan bagimu.
Aku mencintaimu.” Kataku sambil berlalu darimu.
Aku tak pernah berpikir seperti
ini sakitnya tanpamu. Aku menjadi sosok bisu yang tak berbicara seperlunya. Kau
tahu seperti apa aku ketika berceloteh riang denganmu, kan ? Aku menjadi batu di keramaian dan
tersudut dalam pojok gelap dalam rumah. Aku ingin kau datang dan memberi
kecupan padaku. Mengajakku pulang dan meneruskan janji pinangan itu. Aku ingin
pulang. Aku ingin menjadi wanitamu, meskipun harus menjadi yang kedua setelah
pilihan orang tuamu. Mungkinkah Nal?
No comments:
Post a Comment